TEMUAN
KEKURANGAN (DEFICIENCY FINDINGS)
DAN
PELAPORAN
HASIL MANAJEMEN AUDIT
Disusun Oleh :
|
Christella
Sutjiadi
|
22214378
|
Felicia Mariska
Hendrikasari
|
24214148
|
Indri Ismayati
|
25214319
|
Luzhi Resti
Wibisono
|
26214206
|
Maria Goretti
Kurnia Sari
|
26214380
|
Mayanti Debora
|
26214514
|
Rico Prasetyo
|
29214274
|
Rudiyanto
|
29214847
|
Yanita Kristanti
|
2C214353
|
KELAS
3 EB 28
UNIVERSITAS GUNADARMA
KOTA BEKASI
ATA 2016/2017
Kata
Pengantar
Assalamu’alaikum wr.wb
Puji dan syukur
kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, dimana berkat rahmat dan hidayahnya
kami mampu menyelesaikan tugas makalah mata kuliah Pemeriksaan Akuntansi 2 yang
berjudul “TEMUAN KEKURANGAN (DEFICIENCY FINDINGS) DAN PELAPORAN
HASIL MANAJEMEN AUDIT”.
Dalam penulisan makalah ini kami merasa masih terdapat
banyak kekurangan, baik pada teknis penulisan maupun materi. Oleh karena itu,
saran dan kritik yang bersifat membangun dari semua pihak baik dari dosen
pengajar maupun dari teman-teman saya harapkan demi penyempurnaan makalah ini,
dan agar dalam pembuatan makalah-makalah selanjutnya dan di waktu yang akan
datang bisa lebih baik lagi. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para
pembacanya. Sekian dan terima kasih.
Wassalamu’alaikum wr.wb
Bekasi, 6 April 2017
Daftar Isi
Kata
Pengantar.................................................................................................................. ii
Daftar
Isi........................................................................................................................... iii
A.
Bentuk Temuan Kekurangan...................................................................................... 1
B.
Usulan untuk Perbaikan.............................................................................................. 1
C.
Karakteristik Temuan Audit...................................................................................... 2
D.
Pendekatan................................................................................................................. 3
E.
Tingkat Signifikan...................................................................................................... 4
F.
Unsur-unsur Temuan Kekurangan............................................................................. 6
G.
Menjual Temuan Audit.............................................................................................. 8
H.
Peran Laporan Pemeriksaan Audit............................................................................ 9
I.
Nilai Laporan Pemeriksaan Manajemen..................................................................... 9
J.
Tujuan Suatu Laporan Audit.................................................................................... 10
K.
Standar Kualitas....................................................................................................... 11
L.
Komponen Biaya dalam Laporan Pemeriksaan
Manajemen.................................... 12
M.
Mengembangkan Biaya dan Kualitas Laporan........................................................ 12
Daftar
Pustaka.................................................................................................................. iv
A.
BENTUK TEMUAN
KEKURANGAN
Temuan kekurangan menggambarkan
kondisi atau tindakan yang seharusnya tidak demikian, termasuk sistem yang
tidak mencapai tujuan yang diinginkan. Temuan kekurangan juga termasuk tindakan
yang dimabil secara tidak tepat, tindakan yang seharusnya diambil tetapi tidak
diambil, dan tindakan yang seharusnya tidak diambil akan tetapi diambil. Pendek
kata, temuan kekurangan adalah penyimpangan/deviasi dari norma-norma yang
diharapkan atau standard yang diharapkan/ditentukan.
Transaksi yang mengakibatkan
kerugian besar dan yang sudah berwujud sudah barang tentu mendapat perhatian
yang besar. Akan tetapi kekurangan juga termasuk kelemahan baik dalam sistem
maupun pengendalian ; kerugian tidak dapat secara eksplisit ditunjukkan, akan
tetapi kemungkinan kerugian ada. Karena mereka biasanya berkesinambungan,
pengendalian yang lemah dapat merupakan resiko yang lebih besar terhadap
perusahaan, walaupun kerugian rupiah khususnya tidak dapat dinyatakan.
Temuan kekurangan mungkin
merupakan bukti yang paling nyata dari pekerjaan internal audit. Sekarang ini
kata temuan (finding) merupakan istilah yang tidak cocok/salah (misnomer).
Ia tidak perlu apa yang auditor secara harfiah temukan (fraud),kondisi telah
terdapat pada waktu auditor memunculkannya pada permukaan dan mungkin telah
diketahui oleh auditee. Lebih dari itu, kata ‘finding’ merupakan suatu
penilaian yang logis dan informasi yang auditor telah gabungkan bersama.
Informasi ini kemudian dapat menunjukkan bahwa sistem khususnya atau tindakan mempunyai
akibat yang tidak baik dalam operasi.
B.
USULAN
UNTUK PERBAIKAN
Sebuah temuan kekurangan
menggambarkan sesuatu yang salah, atau sesuatu yang sedang berjalan tidak
benar. Auditor juga menghadapi transaksi atau kondisi yang pada hakikinya tidak
salah, akan tetapi dapat dilakuakn perbaikan. Sebagai contoh, membayar produk
yang tidak pernah diterimasudah barang tentu salah, apabila jumlah uang yang
terlibat cukup besar, ini adalah kekurangan yang dapat dilaporkan. Di samping
itu, suatu bentuk memo penerimaan yang janggal untuk digunakan mencatat
penerimaan tidak beralasan dipertimbangkan sebagai suatu kekurangan, terutama
apabila internal auditor tidak dapat menunjukkan kesalahan dan perhitungan
penerimaan. Di beberapa perusahaan, ini secara sederhana diberi judul “Usulan
untukperbaikan (suggestion for Improvement), bukan rekomendasi untuk perbaikan
kekurangan, da tidak membawa konotasi temuan kesalahan dengan judul
”kekurangan” (deficiency).
Pada dasarnya
kekurangan-kekurangan harus dikoreksi, suatu usaha untuk memperbaiki suatu
kondisi, sesuatu yang tidak melanggar peraturan atau standar yang ditentukan,
adalah hal lain. Dalam hal demikian, manajer harus mempunyai hak untuk
memutuskan apakah mengiplementasikan usulan atau tidak. Suatu usulan
mengotomatisasikan sistem adalah suatu usulan untuk perbaikan. Manajer operasi
harus mempunyai kekuasaan untuk menerima atau menolaknya. Tanggung jawab
tersebut seharusnya membawa kekuasaan untuk memutuskan bagaiman menjalankannya
sesuai dengan itu.Usaha untuk perbaikan seharusnya di pandang sebagai usulan
dan dikonsepkan agar mereka tidak jatuh pada kategori yang sama sebagai
kekurangan.
C.
KARAKTERISTIK
TEMUAN AUDIT
Temuan audit merupakan hal-hal yang berkaitan dengan pernyataan tentang
fakta baik yang bersifat positif maupun negatif.
Temuan audit yang bersifat negatif (eksepsi/defisiensi) merepresentasikan
area yang memiliki tingkat risiko yang tinggi, sehingga auditor menyertakan
rekomendasi untuk memperbaiki pengendalian/sistem/operasional organisasi. Dalam
pelaporan hasil audit, baik temuan yang bersifat positif maupun yang bersifat
negatif harus disajikan secara berimbang/proporsional.
Menurut Sawyer et al. (2005), audit manajemen diperlukan
untuk mengidentifikasi kondisi-kondisi yang membutuhkan tindakan perbaikan. Penyimpangan-penyimpangan
dari norma-norma atau kriteria-kriteria yang dapat diterima disebut temuan
audit (audit findings).
Temuan audit bisa memiliki bermacam-macam bentuk
dan ukuran, misalnya temuan-temuan tersebut dapat
menggambarkan:
1. Tindakan-tindakan yang seharusnya diambil, tetapi tidak dilakukan, seperti
pengiriman yang dilakukan tetapi tidak ditagih.
2. Tindakan-tindakan yang dilarang, seperti pegawai yang mengalihkan sewa dari
perlengkapan perusahaan ke perusahaan kontrak pribadi untuk kepentingannya
sendiri.
3. Tindakan-tindakan tercela, seperti membayar barang dan perlengkapan pada
tarif yang telah diganti dengan tarif yang
lebih rendah pada kontrak yang lebih menguntungkan.
4. Sistem yang tidak memuaskan, seperti diterimanya tindak lanjut yang seragam
untuk klaim asuransi yang belum diterima padahal klaim tersebut bervariasi
dalam jumlah dan signifikansinya.
5. Eksposur-eksposur risiko yang harus dipertimbangkan.
Meskipun temuan-temuan audit sering kali disebut sebagai “kekurangan” (deficiency),
banyak organisasi merasa bahwa istilah tersebut terlalu negatif. Dalam
kenyataannya, bahkan istilah “temuan” dianggap terlalu negatif di beberapa
tempat. Kata-kata seperti “kondisi” dianggap lebih nyaman dan tidak memberi
ancaman, serta tidak menimbulkan tanggapan defensif di pihak klien
(Sawyer et al., 2005).
Karakterisitik temuan audit yang layak untuk dilaporkan, yaitu sebagai
berikut:
1. Signifikan dan didukung oleh bukti audit (fakta dan bukan opini)
2. Objektif dan relevan dengan masalah yang dihadapi
3. Mendukung kesimpulan yang logis, beralasan, dan dapat mendorong manajemen
untuk melakukan tindak lanjut berdasarkan hasil audit
4. Mungkin tidak signifikan, tetapi menunjukkan gejala masalah yang potensial
terjadi di masa depan. Pelaporan secara lisan, diskusi dengan manajemen auditee dan
memastikan tindak lanjut manajemen sebagai langkah preventif atau detektif,
merupakan bentuk penanganan yang dapat diterima atas temuan audit yang
dimaksud.
D.
PENDEKATAN
Mengembangkan
fakta dan detail dalam suatu temuan kekurangan yang signifikan dan dapat
dilaporkan adalah suatu keterampilan yang diperlukan. Ia memerlukan diskusi
berdasarkan pengalaman, apa uang mungkin seperti suatu kekurangan serius oleh
seorang awan mungkin merupakan suatu penyimpangan yang sepele bagi seorang internal
auditor yang professional.
Menemukan
penyimpangan yang kecil pada setiap proses yang berlangsung adalah mudah.
Kesempurnaan adalah jarang dan harganya sering jauh terlalu tinggi. Usaha yang
diperlukan untuk mencapai 5% kemurnian yang terakhir dapat melebihi biaya untuk
mencapai 91% kemurnian yang pertama.
Internal auditor harus realistis, mereka harus wajar dalam penilaian dan
kesimpulan mereka. Mereka harus berusaha secara baik untuk mengembangkan temuan
mereka. Sebab itu, apabila internal auditor mengadakan pendekatan terhadap
formulasi dan komunikasi dari temuan kekurangan- kekurangan, mereka harus
mempertimbangan faktor- faktor berikut:
1.
Peninjauan hal- hal
yang sudah terjadi (hindsight) adalah
tidak wajar dan realistis. Internal auditor seharusnya mempertimbangkan keadaan
yang terdapat pada waktu kekurangan terjadi. Keputusan manajemen adalah
berdasarkan fakta yang tersedia pada waktu itu. Internal auditor seharusnya
tidak mengkritik suatu keputusan yang tampaknya karena mereka tidak setuju dengannya
atau karena mereka mempunyai informasi yang tidak tersedia dalam mengambil
keputusan. Internal auditor seharusnya tidak mensubstitusi penilaian audit
untuk penilaian manajemen.
2.
Auditor, bukan
auditee, harus mempunyai bukti yang cukup untuk melaporkan. Apabila suatu
kekurangan belum seluruhnya dibuktikan terhadap keputusan dari setiap tujuan,
orang yang beralasan, sebaiknya tidak dilaporkan.
3.
Internal auditor sudah
barang tentu tertarik pada perbaikan- perbaikan dalam performa, akan tetapi
performa tidak perlu mendapat kritikan hanya karena ia kurang dari 100%.
4.
Internal auditor tidak
dapat mengambil posisi bahwa suatu kondisi adalah defektif secara gampang
karena mereka ada. Pengembangan suatu temuan harus dinyatakan kepada yang lain
mengenai kepantasan dan alasan dari konklusinya.
5.
Internal auditor harus
melangkah ke belakang temuan mereka. Mereka harus mencari secara obyektif untuk
menganalisis temuan mereka atas kekurangan yang mungkin dan penalaran yang
keliru.
Internal auditor, seperti pendukung
lain dari suatu ide, tergoda merasionalisasi. Interpretasi yang akan mendukung
temuan mereka. Setelah menyelidiki dengan banyak waktu dan usaha, auditor
cenderung melindungi investasi dan mempertahankan temuan terhadap pertanyaan
logis yang sempurna.
E.
TINGKAT SIGNIFIKAN
Tidak
ada 2 temuan kekurangan yang persis sama. Setiap temuan akan mewaklili tingkat
aktual kerugian atas resiko potensialnya. Memberikan tekanan audit yang sama
terhadap kesalahan klerikal random seperti terhadap kelebihan membayar Rp
1.000.000,- adalah jelas tidak logis. Internal auditor harus mempertimbangkan
tingkat kerusakan suatu kondisi kekurangan sebelum mengkomunikasikan kondisi
tesebut kepada manajemen.
Setiap
penyimpangan yang tidak signifikan, jenis kesalahan klerikal yang semua organisasi
mengalami, tidak memerlukan tindakan formil. Sesungguhnya, memasukkan
penyimpangan yang tidak signifikan dalam suatu laporan audit yang formal akan
tidak produktif. Pertama, ia akan menodai temuan yang benar- benar signifikan
dalam laporan, menyatakan secara tidak langsung bahwa internal auditor tidak
dapat melihat perbedaan antara tahi lalat (flyspeck)
dan noda bintik (blot). Kedua, ia
mengekalkan atau menghidupkan terus menerus suatu stereotip yang tidak
diinginkan yaitu internal auditor sebagai orang yang banyak bicara (Nitpicker). Kesalahan yang tidak
signifikan seharusnya tidak disembunyikan atau diabaikan. Tindakan yang dapat
diterima adalah :
1.
Mendiskusikan
kesalahan dengan individu yang bertangung jawab.
2.
Melihat bahwa tindakan
korektif diambil.
3.
Mencatat masalah
secara singkat dalam kertas kerja, dan
4.
Keluarkan penyimpangan
yang kecil dari laporan internal audit.
Apakah ini berarti kesalahan klerikal
random tidak perlu dilaporkan? Sama sekali tidak. Apabila kesalahan ini
merupakan gejala masalah yang lebih besar dibelakangnya, maka sudah barang
tentu, tindakan seharusnya berbeda. Apabila kesalahan adalah secara langsung
akibat pelatihan karyawan yang jelek, supervise yang tidak efektif, atau
instruksi tertulis yang tidak jelas, maka kelemahan tersebut merupakan
kekurangan. Kesalahan, tampaknya merupakan bukti bahwa terdapat kekurangan.
Mereka mendorong anggapan auditor bahwa kekurangan yang lebih besar akan
dikoreksi.
Temuan yang besar (major findings) merupakan suatu yang
akan melindungi suatu organisasi atau suatu unit dalam suatu organisasi untuk
memenuhi tujuan utama. Sedangkan suatu kekurangan yang kecil (minor deficiency) adalah suatu yang
memerlukan pelaporan karena ia lebih daripada kesalahan random manusia. Ia akan
mengakibatkan akibat negatif terus-menerus apabila tidak dikoreksi, dan cukup
signifikan untuk membawa perhatian manajemen. Suatu kekurangan minor tidak
menghalangi tercapainya tujuan utama perusahaan atau salah satu unitnya.
Kekurangan dalam kas kecil adalah suatu contoh dari keadaan demikian.
Garis antara temuan besar dan kecil
dapat menjadi sulit dipisahkan. Penilaian audit yang baik diperlukan untuk
membedakan antara keduanya.
F.
UNSUR-UNSUR TEMUAN
KEKURANGAN
Semua
temuan kekurangan yang dilaporkan harus terdiri dari unsur-unsur utama yang
tertentu. Internal auditor dan supervisor harus secara mendalam mengetahui
unsur-unsur sebagai berikut.
1.
Standar – apa yang
seharusnya operasi selesaikan
Langkah pertama yang signifikan dalam mengembangkan suatu
temuan audit adalah memasukkan 2 hal dalam konsep standar, yaitu (1) tujuan
yang merupakan apa yang manajemen ingin mencapainya dan (2) kualitas
pencapaiannya.
Auditor harus mempunyai ukuran standar. Mereka harus
mengidentifikasi standar atau kriteria yang absah dari performa. Mereka harus
mengetahui apa yang seharusnya. Sebelum mereka dapat mengkritik, harus ada
standar yang mendasarinya.
Di samping itu, manajemen mungkin belum menetapkan standar.
Dalam kasus demikian, internal auditor harus menentukan apa yang layak untuk
mencapai suatu tujuan perusahaan. Standar demikian seharusnya tidak diterapkan
sampai perjuangan tercapai dengan auditee.
2.
Kondisi – apa yang
operasi sebenarnya selesaikan
Istilah “kondisi” biasanya mengandung arti hasil faktual,
yaitu apa yang internal auditor temukan melalui observasi, pertanyaan,
analisis, verifikasi dan investigasi. Kondisi merupakan inti temuan. Kondisi
merupakan suatu potret dari apa yang auditor lihat dan temukan. Informasi yang
dikumpulkan harus cukup, kompeten dan relevan. Ia harus dapat menghadapi setiap
serangan. Ia harus merupakan representatif dari jumlah populasi atau sistem di
bawah peninjauan, atau kalau ada masalah tersendiri, ia merupakan suatu
kekurangan yang signifikan, auditee harus setuju dengan fakta yang disajikan.
3.
Prosedur dan praktek –
apa yang seharusnya dilakukan dan apa yang benar-benar dilaksanakan
Prosedur dan praktek berhubungan dengan metode yang dibuat
untuk mencapai suatu tujuan dan standar. Prosedur adalah instruksi manajemen,
biasanya tertulis. Praktek adalah cara sesuatu dilaksanakan, baik benar atau
salah. Prosedur dapat mengkontribusi suatu kondisi yang tidak memuaskan atau
praktek dapat melanggar suatu prosedur yang memadai. Dalam mengembangkan
temuan, auditor harus mencari untuk menentukan prosedur apa, atau prosedur yang
seharusnya, dan praktek apa yang diikuti.
4.
Penyebab – apa
sebabnya penyimpangan standar terjadi
Penyebab yang dasar menjelaskan apa sebabnya terjadi
penyimpangan terhadap standar. Apa sebabnya tujuan tidak dicapai. Identifikasi
penyebab adalah penting untuk pencegahan. Kecuali kalau penyebab diketahui,
rekomendasi untuk tindakan korektif hanya dapat menunjukkan gejala-gejala dan
bukan penyakitnya. Setiap temuan kekurangan dapat ditelusuri terhadap
penyimpangan dan apa yang diharapkan. Hanya apabila penyimpangan dapat
diidentifikasi dan penyebab dapat diketahui, masalah dapat diatasi.
5.
Akibat – apa yang
terjadi atau dapat terjadi karena kondisi tidak memenuhi standar
Pengaruh menjawab pertanyaan “apa jadinya”. Andaikan semua
fakta disajikan, apa jadinya? Siapa atau apa yang dilukai, dan bagaimana
jeleknya? Apa konsekuensinya? Internal auditor harus dapat menyatakan hasil dan
kondisi yang tidak diingikan. Hasil yang jelek itu seharusnya signifikan-tidak
hanya beberapa deviasi dari prosedur. Pengaruh (effect) merupakan unsur yang
diperlukan untuk meyakinkan auditee dan manajemen yang lebih tinggi bahwa
kondisi yang tidak diinginkan, apabila dibiarkan berjalan terus akan
mengakibatkan kerugian serius dan akan memakan biaya yang lebih besar
dibandingkan tindakan yang diperlukan untuk mengoreksi masalah. Dalam temuan
ekonomi dan efisiensi, pengaruh biasanya diukur dalam rupiah. Dalam semua
efektivitas, pengaruh biasanya merupakan ketidak mampuan menyelesaikan beberapa
hasil akhir yang diinginkan atau ditugaskan.
6.
Kesimpulan – apa yang
perlu diperbaiki
Kesimpulan harus ditunjang oleh fakta. Simpulan merupakan
penilaian profesional bukan suatu rincian ceritera. Simpulan menyatakan
tindakan potensial dan menunjukkan bahwa biaya memperbaiki kekurangan akan
melebihi manfaat. Simpulan menggunakan pengaruh yang dikuantifisir sebagai batu
loncatan untuk menunjukkan perlunya tindakan.
7.
Rekomendasi –
bagaimana perbaikan dapat dilakukan
Rekomendasi menggambarkan tindakan yang manajemen seharusnya
pertimbangkan, baik meralat kondisi yang telah menjadi buruk, memperkuat
kelemahan dalam sistem dan pengawasan atau kedua-duanya. Rekomendasi harus
positif dalam sifatnya, harus spesifik mungkin, dan harus mengidentifisir siapa
yang bertindak atasnya.
Rekomendasi audit membawa bibit kebahayaan. Apabila
manajemen diberitahukan bahwa tindakan yang direkomendasi oleh auditor
merupakan tindakan satu-satunya yang harus diambil, tindakan mungkin kembali
mendatangi auditor. Identifikasi suatu kondisi yang dengan sikap auditor yang
demikian, auditee akan menjalin hubungan kerja yang baik dengan auditor, sikap
akan jauh lebih diperbaiki apabila temuan secara penuh dan secara jelas
dikomunikasikan agar auditee dan auditor mempunyai suatu pandangan umum atas
fakta dan interprestasi mereka. Aspek menjual ini perlu memerlukan presentasi
lisan, termasuk gambar dan lampiran.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan
bahwa :
1.
Temuan difisiensi menggambarkan kondisi yang salah dan
harus diperbaiki. Usaha-usaha untuk perbaikan merupakan petunjuk yang membantu
bahwa manajer dapat atau tidak dapat menyetujuinya. Temuan kekurangan secara
fisik tidak langsung menyatakan kritikan. Sebab itu, mereka harus secara
berhati-hati dikembangkan agar temuan itu sendiri tidak menjadi subyek
kritikan. Temuan harus tepat, signifikan, logis dan disajikan untuk tindakan
perbaikan.
2.
Unsur manusia sangat penting sehubungan dengan kekurangan.
Tidak ada orang yang suka dikritik, orang akan keberatan melihat kelemahannya
dibesar-besarkan. Rahasia agar temuan kekurangan dapat diterima adalah
menghindari implikasi dan penunjukkan langsung. Apabila auditee melihat suatu
kondisi sebagai “temuan” dan tindakan koreksi kami”, mereka tampaknya lebih
dapat menerima temuan dan melakukan tindakan korektif yang diperlukan.
G.
MENJUAL TEMUAN AUDIT
Internal auditor harus dapat menjual
temuan auditnya daripada hanya sekedar menyapaikan temuannya. Proses menjual
temuan audit seharusnya dimulai sejak dini. Pada pertemuan pendahuluan, auditor
harus meyakinkan auditee bahwa:
1.
Auditee akan
disampaikan secara benar setiap kekurangan yang auditor temukan
2.
Temuan dan pendukung
temuan tersebut kedua-duanya akan didiskusikan secara menyeluruh
3.
Setiap pertanyaan yang
berhubungan dengan fakta akan dipecahkan sebelum masalah dilaporkan
4.
Auditee akan diberi
setiap kesempatan untuk menginisiasi tindakan korektif
H.
PERAN LAPORAN
PEMERIKSAAN AUDIT
Melaporkan hasil audit kepada
manajemen merupakan bagian yang terpenting dan menantang dari pekerjaan seorang
manajemen auditor. Nilai pekerjaan manajemen auditor bukan datang dari
pengumpulan informasi, akan tetapi berasal dari penilaian dan presentasi
informasi tersebut. Kesadaran dan akseptasi manajemen terhadap konklusi dan
tindakan yang cepat dalam menanggapi masalah yang dilaporkan adalah ukuran
keberhasilan manajemen auditor.
I.
NILAI LAPORAN
PEMERIKSAAN MANAJEMEN
Laporan audit memainkan peran yang
unik dan berpengaruh dalam suatu organisasi. Ia merupakan suatu dokumen yang
didistribusikan secara regular kepada manajemen senior, dewan direksi, dan
panitia audit. Laporan audit termasuk rekomendasi-rekomendasi untuk perubahan
dalam prosedur dan standar. Ia meminta perhatian terhadap area yang mempunyai
resiko tinggi. Ia melaporkan penilaian terhadap kualitas dari sistem dan
prosedur.
Berdasarkan laporan ini, manajemen
memutuskan arahan, strategi, dan prioritas. Akseptasi terhadap rekomendasi
audit dapat mempengaruhi biaya dan laba suatu organisasi. Inilah laporan yang
menejemn bayarkan untuk membiayai pemeriksaan manajemen. Bagi manajemen senior,
dokumen ini adalah satu-satunya produk yang dihasilkan manajemen auditor.
Rencana, anggaran, kertas kerja, dan penilaian resiko adalah alat manajemen
auditor untuk menyusun produk final.
Bagi manajemen auditor, laporan audit
memakan banyak waktu karena sebagian besar waktu audit dianggarkan untuk
perencanaan dan pekerjaan lapangan. Dalam kenyataannya penulisan laporan adalah
sulit dan memerlukan banyak waktu. Pekerjaan manajemen auditor adalah
menghasilkan laporan yang berkualitas sebaik mungkin sambil mengendalikan biaya
produksi.
J.
TUJUAN SUATU LAPORAN
AUDIT
Laporan audit manajemen adalah untuk
memenuhi tujuan manajemen, bukan untuk auditor. Sebab itu, untuk memproduksi
suatu laporan yang berkualitas, manajemen auditor pertaman-tama harus
menentukan bagaimana manajemen akan menggunakan laporan-laporan. Karena
eksekutif mengarahkan dan memantau organisasi, mereka meminta bantuan
pemeriksaan manajemen untuk menyadarkan mereka resiko sekarang, area masalah,
dan masalah-masalah pengendalian. Apabila masalah dan resiko diidentifikasikan
dalam laporan audit, manajemen ingin mengetahui tindakan apa yang sedang atau
telah dilakukan untuk mengatasinya. Dalam menentukan apakah akan mengambil
tindakan atas rekomendasi audit, manajemen perlu menerima keabsahan dan
butir-butir audit yang signifikan.
Tujuan
dari laporan audit adalah:
1.
Untuk member informasi
(to inform)
Pembaca eksekutif ingin dibuat sadar atas hasil pekerjaan
audit dan diberi informasi mengenai simpulan audit. Laporan manajemen audit
harus menyajikan butir penting ini dengan mudah dan cepat dimengerti manajemen.
2.
Untuk mendesak (to
persuade)
Informasi yang disajikan kepada manajemen tingkat senior
harus secara langsung signifikan terhadap organisasi. Manajemen harus
diyakinkan terhadap manfaat dari rekomendasi sebelum rekomendasi tersebut
disetujui untuk diambil tindakan. Manajemen senior harus dilihat nilai
informasi yang disajikan sebelum ia memberikan dukungan kepada manajemen audit.
3.
Untuk mendapatkan
hasil (to get result)
Nilai yang terakhir dari laporan audit adalah kemampuan
untuk mempromosi tindakan. Akseptasi perubahan yang direkomendasikan untuk
mengurangi resiko, mencegah masalah, dan mengoreksi kesalahan adalah hasil yang
diharapkan dari laporan. Semua pemeriksaan dan metode pelaporan mempunyai
tujuan utama yaitu: mendapatkan hasil (getting result).
Laporan audit bukan ditulis untuk
menggambarkan jumlah pemeriksaan yang dilakukan, untuk mendokumentasikan
prosedur operasi, atau untuk mendidik pembaca tentang rincian sistem dan
kebijakan. Usaha untuk memenuhi tujuan ini dalam laporan audit akan melayangkan
fokus mereka, mengurangi perhatian pembaca, dan melemahkan kekuatan persuasif.
Laporan audit menyajikan konklusi dan rekomendasi departemen audit.
K.
STANDAR KUALITAS
Laporan audit manajemen harus berkualitas, adapun standar
kualitas laporan audit manajemen yakni:
1.
Langsung
Artinya penyampaian dalam penulisan isinya tidak berbelit-belit. Dan
menggunakan kalimat pembuka yang bersifat konklusif.
2.
Laporan yang ringkas
Artinya dalam laporan audit hanya tercermin informasi-informasi yang relevan.
Dan laporan disusun berdasarkan prioritas informasi sesuai tingkat
signifkasinya.
3.
Sesuai kondisi
artinya dalam bentuk penyajiannya haruslah sesuai dengan pembacanya. Gaya
bahasa ataupun nadanya haruslah mampu dimengerti oleh pembaca.
4.
Persuasif
Artinya laporan harus menunjukan dukungan dari semua data-data pendukunganya
dan kesimpulan yang ada. Rekomendasi yang disarankan bermanfaat bagi pembaca.
5.
Konstrukif
Dalam hal ini, laporan lebih menekankan pada penyebab dan bukan gejalanya.
Kemudian terdapat temuan yang positif dan juga negative.
6.
Orientasi pada hasil
Dalam laporan audit, orientasi utamanya memberikan solusi dan sebaiknya
menjelaskan tindakan yang telah diambil manajemen.
7.
Menarik
Laporan audit harus disajikan semenarik mungkin
agar mudah dipahami oleh manajemen dan tidak menimbulkan kesalah pengertian.
8.
Tepat waktu
Dalam penyusunan laporan audit tidak boleh
mengulur-ulur waktu, laporan audit harus diserahkan kepada manajemen sesuai
waktu yang telah ditentukan.
9.
Laporan yang disusun diusahakan seimbang dengan
biaya yang digunakan.
Manajemen mengeluarkan biaya yang tidak sedikit
untuk melakukan audit, maka dari itu kualitas laporan audit harus sesuai dengan
biaya yang sudah dikeluarkan manajemen.
L.
KOMPONEN BIAYA DALAM
LAPORAN PEMERIKSAAN MANAJEMEN
Selain mengembangkan dan memenuhi
tujuan kualitas, auditor harus juga melakukan pengendalian biaya dan pencapaian
standar. Komponen biaya suatu laporan pemeriksaan manajemen adalah:
1.
Biaya Analisis
(Analitical Costs)
Merupakan waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan audit itu
tersendiri, termasuk perencanaan pekerjaan lapangan, dan pengembangan dan
presentasi simpulan, yang merupakan komponen biaya yang terbesar dari laporan.
Jumlah hari audit dikalikan rata-rata biaya staf harian menentukan biaya untuk
menghasilkan substansi laporan.
2.
Biaya Administrasi
(Administrative Costs)
Merupakan biaya tambahan berasal dari waktu administrasi
yang diperlukan untuk menerbitkan laporan, termasuk waktu yang dihabiskan dalam
pengembangan standar laporan, definisi format, dan pelatihan dan instruksi yang
diberikan kepada staf.
3.
Biaya Persetujuan
(Agreement Costs)
Nilai laporan tidak tercapai sampai dengan auditor telah
mencapai persetujuan dengan manajemen dan masalah telah diatasi. Waktu yang
digunakan untuk presentasi laporan, menyetujui jawaban, dan menindaklanjuti
setiap item yang belum diselesaikan setelah laporan diterbitkan adalah komponen
dari biaya persetujuan.
Mencapai kualitas standard dan
mengendalikan biaya memungkinkan auditor lebih baik mengukur nilai laporan dan
mengidentifikasi hasil (payback) yang diterima manajemen dari investasi atas
pekerjaan audit. Laporan yang berorientasi hasil member manfaat kepada setiap
tingkat manajemen, dengan member informasi kepada mereka secara baik,
mengusahakan akseptasi mereka, dan menimbulkan perubahan-perubahan yang
positif.
M.
MENGEMBANGKAN BIAYA
DAN KUALITAS LAPORAN
Komponen Biaya
|
Komponen Kualitas
|
Analisis:
Perencanaan di pekerjaan lapangan
|
Terus terang
Ringkas
|
Administratif:
Menyusun, menelaah, mengedit, mengetik, dan
proofreading
|
Sesuai
Persuasi
Nada yang konstruktif
|
Penyajian:
Presentasi, solusi, dan tindak lanjut.
|
Orientasi terhadap hasil
Mengundang dibaca dan tanggapan yang baik
Tepat waktu
|
Manajemen auditor perlu mengembangkan
biaya dan kualitas laporan untuk mendapatkan nilai yang lebih tinggi dari
laporan pemeriksaan manajemen. Nilai laporan adalah kualitas dikurangi biaya
(Value = Quality – Costs). Kualitas harus lebih besar daripada biaya, agar
laporan audit mempunyai nilai. Dengan kata lain, biaya yang tinggi masih dapat
dimaafkan, akan tetapi kualitas laporan yang baik harus tetap
dipertahankan/tidak boleh dikorbankan.
DAFTAR PUSTAKA
Tunggal,
Amin Widjaja. 2000. “MANAJEMEN AUDIT
Suatu Pengantar”. Jakarta: Rineka Cipta.
VERSI WORD
https://drive.google.com/file/d/0B5HDJLwyU-fdYV94cnp5WHY5ZzQ/view?usp=sharing