ANALISIS SISTEM AKUNTANSI PENJUALAN TUNAI
PADA WAROENG DIGITAL
Christella Sutjiadi
Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi
Universitas Gunadarma, 2017
Email : tella2212@yahoo.com
ABSTRAKSI
Teknologi
yang berkembang pesat membuat perusahaan membutuhkan sistem yang tepat untuk
membantu manajemen mengendalikan perusahaan, salah satunya dengan adanya sistem
akuntansi penjualan tunai.
Tujuan
dari penulisan ilmiah ini, untuk mengetahui sistem akuntansi penjualan tunai
yang diterapkan pada Waroeng Digital dan untuk mengetahui apakah sistem
akuntansi penjualan tunai yang diterapkan perusahaan sudah sesuai dengan sistem
pengendalian intern (SPI). Metode yang digunakan adalah analisis deskriptif. Jenis data pada penelitian ini adalah
data primer, yang bersumber dari hasil wawancara dengan kepala toko dan
karyawan perusahaan.
Hasil
penelitian yang didapatkan, sistem akuntansi penjualan tunai pada perusahaan
dijalankan oleh empat bagian yaitu bagian kasir, bagian desain, bagian produksi
dan bagian keuangan. Beberapa kelemahan yang ditemukan diantaranya masih adanya
kerangkapan tugas yang dijalankan oleh bagian kasir, penerimaan kas masih
menggunakan sistem manual dan dokumen-dokumen yang digunakan masih kurang
lengkap.
Kata
Kunci : Sistem Akuntansi, Penjualan Tunai
PENDAHULUAN
Setiap perusahaan
tentu menginginkan usahanya tetap bertahan dan semakin maju. Di era modern ini, teknologi semakin berkembang pesat dan
persaingan di dalam dunia bisnis pun semakin ketat. Untuk itu, dibutuhkan
sistem yang baik untuk membantu manajemen dalam mengendalikan perusahaan dan
meminimalisir segala penyimpangan yang mungkin terjadi. Salah satunya dengan
dibentuknya sistem akuntansi di perusahaan.
Sistem akuntansi merupakan sistem yang rawan akan
penyimpangan. Saat ini berbagai bentuk penyimpangan dalam perusahaan kian
berkembang. Dalam hal ini perusahaan membutuhkan penerapan sistem akuntansi
yang tepat, sehingga dapat menghindari terjadinya penyimpangan (Maxi Ma’roep,
2009:215). Termasuk di antaranya pada sistem akuntansi penjualan.
Penjualan dalam suatu perusahaan merupakan
salah satu aktivitas penting dalam menentukan kelangsungan hidup perusahaan.
Kegiatan penjualan terdiri dari transaksi penjualan barang dan jasa baik secara
kredit maupun tunai. Dalam transaksi penjualan tunai, terjadi transaksi
penerimaan kas secara langsung, dimana perusahaan mewajibkan konsumen untuk
membayar terlebih dahulu, kemudian perusahaan akan menyerahkan barang atau jasa
kepada konsumen. Mengingat transaksi ini sangatlah rentan dalam penyimpangan,
maka dari itu sistem akuntansi penjualan tunai sangat mempengaruhi keamanan
dalam keuangan perusahaan itu sendiri.
Salah satu perusahaan yang memakai sistem
penjualan tunai adalah Waroeng Digital. Waroeng Digital bergerak di bidang
percetakan, dalam hal ini Waroeng Digital menjual berbagai macam jasa
percetakan. Pencetakan di Waroeng Digital menggunakan metode digital printing, dimana hasil dari
metode ini banyak diminati oleh
berbagai kalangan. Dari segi harga dan waktu, digital printing lebih unggul dibanding percetakan dengan
menggunakan metode manual.
Dari uraian di atas, penulis tertarik untuk
meneliti sistem akuntansi penerimaan kas dari penjualan tunai pada salah satu
usaha percetakan digital printing. Maka
dalam penulisan ilmiah ini, penulis mengambil judul “Analisis Sistem Akuntansi Penjualan Tunai pada Waroeng Digital”.
Penulis membatasi
masalah hanya pada sistem akuntansi penjualan tunai atas jasa percetakan pada
Waroeng Digital. Adapun tujuan dari penulisan ilmiah ini adalah untuk
mengetahui dan menganalisis sistem akuntansi penjualan tunai yang diterapkan
pada Waroeng Digital, serta untuk mengetahui apakah sistem akuntansi penjualan
tunai yang diterapkan pada Waroeng Digital sudah berjalan sesuai dengan sistem
pengendalian internal.
METODOLOGI
PENELITIAN
Penulis melakukan
penelitian terhadap Waroeng Digital yang beralamat di Jalan Pulo Ribung Raya
No. 66 Pekayon, Bekasi Selatan. Waroeng Digital sendiri bergerak di bidang jasa
percetakan.
Penelitian ini menggunakan
jenis data primer, dimana data primer merupakan data yang diperoleh langsung
dari perusahaan tempat penelitian yang dalam hal ini adalah Waroeng Digital.
Sumber data penelitian ini diambil dari hasil wawancara dengan pemilik
perusahaan yakni Bapak Sugeng serta salah satu pegawainya yakni Bapak Ridwan.
HASIL
PENELITIAN
Sistem akuntansi penjualan tunai
yang diterapkan oleh Waroeng Digital :
1.
Bagian Kasir
Sistem penjualan tunai dimulai dari bagian
kasir dengan melayani pelanggan yang datang. Setelah mendiskusikan kebutuhan
pelanggan, bagian kasir akan menentukan apakah akan menerima pesanan dari
pelanggan atau tidak. Jika tidak, maka bagian kasir akan memberikan klarifikasi
kepada pelanggan dan memberikan salam serta mengucapkan terimakasih. Jika iya,
maka bagian kasir akan membuat faktur penjualan sebanyak tiga rangkap dan
menerima pembayaran dari pelanggan, setelah itu bagian kasir akan membubuhkan
cap “Lunas” pada faktur penjualan. Kemudian bagian kasir akan mengarahkan
pelanggan ke bagian desain.
Faktur lembar pertama diserahkan kepada
pelanggan untuk mengambil pesanannya, faktur lembar kedua diserahkan ke bagian
desain, sedangkan faktur lembar ketiga beserta uang diserahkan kepada bagian
keuangan.
Setelah proses produksi, bagian kasir akan
menerima kembali barang pesanan pelanggan dari bagian produksi serta faktur
lembar pertama dari pelanggan. Kemudian bagian kasir akan mencocokkan barang
dan faktur dari pelanggan. Bagian kasir juga memberi tanda pada faktur lembar
pertama bahwa barang telah diambil oleh pelanggan. Setelah itu, bagian kasir
akan menyerahkan barang dan faktur lembar pertama kepada pelanggan.
2.
Bagian Desain
Bagian
desain menerima faktur lembar kedua dan menanyakan kebutuhan pelanggan serta
ketersediaan desain pada pelanggan. Jika ada, maka bagian desain akan menerima
file desain dari pelanggan. Jika tidak ada, maka bagian desain akan membuatkan
desain yang diinginkan pelanggan. Setelah itu bagian desain akan mendiskusikan
kembali desain yang ada dengan pelanggan serta menanyakan persetujuan desain.
Jika belum setuju, bagian desain akan mendiskusikan lagi dengan pelanggan. Jika
sudah setuju maka pesanan akan masuk ke tahap berikutnya. File desain dan
faktur lembar kedua diserahkan ke bagian produksi.
3.
Bagian Produksi
Setelah
menerima faktur lembar kedua dan desain, bagian produksi akan mencetak desain
secara digital. Setelah dicetak, bagian produksi akan memeriksa kualitas
produk. Jika hasilnya tidak baik, maka pesanan akan dicetak ulang. Jika sudah
baik, maka barang akan diserahkan kepada bagian kasir. Desain akan diarsip
sementara berdasarkan abjad dan faktur lembar kedua akan diarsip sementara
berdasarkan nomor.
4.
Bagian Keuangan
Bagian keuangan menerima uang beserta faktur
lembar ketiga dari bagian kasir kemudian mencocokkannya. Bagian keuangan juga
menyetorkan uang yang diterima dari hasil penjualan ke bank keesokan harinya.
Faktur lembar ketiga dan bukti setor yang diterima dari bank digunakan sebagai
dasar untuk melakukan pencatatan.
Setelah melakukan pencatatan, butkti setor
bank serta faktur lembar ketiga akan diarsip berdasarkan nomor. Sementara
laporan keuangan yang dibuat diserakan kepada kepala toko.
Waroeng Digital
telah menerapkan pengendalian internal di dalam sistem akuntansi penjualan
tunai. Berdasarkan hasil penelitian, berikut adalah hasil analisis pengendalian
internal yang diterapkan pada sistem akuntansi penjualan tunai Waroeng Digital:
1.
Organisasi
a.
Fungsi Penjualan Belum Terpisah dari
Fungsi Kas
Fungsi penjualan bertugas untuk menerima
pesanan dan mencatat dokumen penjualan, sementara fungsi kas bertugas untuk
menerima kas dari pelanggan. Fungsi penjualan dan kas pada Waroeng Digital
dijalankan oleh bagian kasir.
b.
Fungsi Kas Sudah Terpisah dari Fungsi Akuntansi
Fungsi kas berada di tangan bagian kasir
dan fungsi akuntansi berada di tangan bagian keuangan. Pemisahan kedua fungsi
pokok ini akan mencegah terjadinya penggunaan kas dan manipulasi catatan
keuangan dari penjualan tunai oleh bagian kasir untuk kepentingan pribadinya.
c.
Transaksi Penjualan Tunai Dilaksanakan
oleh Fungsi Penjualan, Fungsi Kas, Fungsi Pengiriman dan Fungsi Akuntansi
Dalam pengendalian internal pada Waroeng
Digital, fungsi penjualan masih menyatu dengan fungsi kas serta fungsi pengiriman,
sementara fungsi akuntansi sudah dilaksanakan dengan baik. Meski sudah
dilaksanakan oleh fungsi-fungsi tersebut, namun masih ada penggabungan antara
beberapa fungsi di satu bagian. Dengan dilaksanakannya setiap transaksi
penjualan tunai oleh berbagai fungsi yang terpisah, akan tercipta adanya
pengecekan intern pekerjaan setiap fungsi oleh fungsi lainnya.
2.
Sistem Otorisasi dan Prosedur Pencatatan
a.
Penerimaan Order dari Pembeli Diotorisasi
oleh Fungsi Penjualan dengan Menggunakan Formulir Faktur Penjualan Tunai
Penerimaan order dari pembeli sudah
dijalankan oleh fungsi penjualan dengan menggunakan faktur penjualan tunai.
Dengan formulir ini fungsi kas akan menerima kas dan fungsi pengiriman akan
menyerahkan barang kepada pembeli. Dimana dalam kasus ini, ketiga fungsi
tersebut dijalankan oleh bagian kasir.
b.
Penerimaan Kas Diotorisasi oleh Fungsi
Penerimaan Kas dengan Cara Mebubuhkan Cap “Lunas” pada Faktur Penjualan Tunai
dan Tidak Dilakukan Penempelan Pita Register Kas pada Faktur Tersebut
Sebagai bukti bahwa fungsi kas sudah
menerima kas dari pelanggan, fungsi kas membubuhkan cap “Lunas” pada faktur
penjualan tunai. Sementara dalam sistem penjualan tunai pada Waroeng Digital
tidak memakai dokumen pita register, maka tidak dilakukan penempelan pita
register kas pada faktur tersebut.
c.
Penyerahan Barang Diotorisasi oleh Fungsi
Pengiriman dan Tidak Membubuhkan Cap “Sudah Diserahkan” pada Faktur Penjualan
Tunai
Fungsi pengiriman bertanggung jawab untuk
menyerahkan barang kepada pelanggan. Meskipun cap “Sudah Diserahkan” tidak
dibubuhkan oleh fungsi pengiriman pada faktur penjualan tunai, namun sebagai
penggantinya fungsi pengiriman memakai tanda lain untuk membuktikan telah
diserahkannya barang kepada pelanggan yang berhak.
d.
Pencatatan ke Dalam Catatan Akuntansi
Didasarkan atas Dokumen Sumber
Dalam melakukan pencatatan, fungsi
akuntansi memakai dokumen-dokumen yang sah sebagai dasar pembuatan laporan
keuangan.
e.
Pencatatan ke Dalam Catatan Akuntansi
Dilakukan oleh Karyawan Diberi Wewenang untuk Melaksanakannya
Setiap pencatatan ke dalam catatan
akuntansi pada Waroeng Digital dilakukan oleh karyawan yang diberi wewenang
untuk mengubah catatan akuntansi tersebut.
3.
Praktik yang Sehat
a.
Faktur Penjualan Tunai Bernomor Urut
Tercetak dan Pemakaiannya Dipertanggungjawabkan oleh Fungsi Penjualan
Faktur penjualan
tunai yang digunakan dalam Waroeng Digital bernomor urut tercetak dan
penggunaan nomor urut tersebut dipertanggungjawabkan oleh fungsi penjualan.
b.
Jumlah Kas yang Diterima dari Penjualan
Tunai Disetor Seluruhnya ke Bank pada Hari Kerja Berikutnya dari Transaksi
Penjualan Tunai
Penyetoran segera seluruh jumlah kas yang
diterima dari penjualan tunai ke bank agar laporan kas perusahaan dapat diuji
ketelitian dan keandalannya dengan menggunakan informasi dari bank yang
tercantum dalam rekening koran.
c.
Penghitungan Saldo Kas yang ada di Tangan
Fungsi Kas Secara Mendadak oleh Fungsi Pemeriksa Intern
Penghitungan kas secara mendadak akan
mengurangi resiko penggelapan kas yang diterima oleh kasir. Dalam penghitungan
fisik kas ini dilakukan pencocokan antara jumlah kas hasil hitungan dengan
jumlah kas yang seharusnya ada menurut faktur penjualan tunai.
Sistem akuntansi penjualan tunai yang sedang berlangsung dalam
perusahaan memiliki kelebihan dan kelemahan yang harus diperbaiki, yaitu sebagai berikut :
1.
Pada bagian desain, bagian produksi dan
bagian keuangan tidak ada kerangkapan tugas, sehingga masing-masing bagian
dapat menjalankan tugas dan fungsinya secara maksimal.
2.
Memiliki pengendalian intern yang cukup
baik karena praktik yang sehat serta sistem otorisasi dan prosedur
pencatatannya sebagian besar sudah sesuai dengan sistem pengendalian intern.
3.
Pada bagian kasir,
penerimaan uang dari proses penjualan tunai masih manual. Seharusnya dilakukan
secara komputerisasi dengan mesin register kas sehingga menjadi lebih akurat dan dapat
meminimalisir resiko penyimpangan.
4.
Fungsi penjualan, fungsi kas dan fungsi
pengiriman sekaligus dilakukan oleh bagian kasir. Seharusnya dilakukan
pemisahan antara fungsi yang satu dengan yang lain. Pemisahaan ini akan
mengakibatkan setiap transaksi dari penjualan tunai dilaksanakan oleh
fungsi-fungsi yang saling mengecek.
5.
Dokumen yang digunakan masih kurang
lengkap sehingga perlu ditambahkan beberapa dokumen pendukung untuk
meminimalisir resiko penyimpangan yang dilakukan oleh karyawan.
Usulan sistem
akuntansi penjualan tunai yang diterapkan oleh Waroeng Digital:
1.
Bagian Kasir
Sistem
penjualan tunai dimulai dari bagian kasir dengan melayani pelanggan yang
datang. Setelah mendiskusikan kebutuhan pelanggan, bagian kasir akan menentukan
apakah akan menerima pesanan dari pelanggan atau tidak. Jika tidak, maka bagian
kasir akan memberikan klarifikasi kepada pelanggan dan memberikan salam serta
mengucapkan terimakasih. Jika iya, maka bagian kasir akan membuat faktur penjualan
sebanyak tiga rangkap dan menerima pembayaran dari pelanggan, setelah itu
bagian kasir mengoperasikan mesin register kas dan mencetak pita register kas
sebanyak dua lembar. Lalu bagian kasir membubuhkan cap “Lunas” pada faktur
penjualan. Kemudian bagian kasir akan mengarahkan pelanggan ke bagian desain.
Faktur
lembar pertama dan pita register kas lembar pertama diserahkan kepada pelanggan
untuk mengambil pesanannya, faktur lembar kedua diserahkan ke bagian desain,
sedangkan faktur lembar ketiga dan pita register kas lembar kedua beserta uang
diserahkan kepada bagian keuangan.
Setelah
proses produksi, bagian kasir akan menerima kembali barang pesanan pelanggan
beserta faktur lembar kedua dari bagian produksi serta faktur lembar pertama
dari pelanggan. Kemudian bagian kasir akan mencocokkan barang dan faktur dari
pelanggan. Bagian kasir juga memberi tanda pada faktur lembar pertama bahwa
barang telah diambil oleh pelanggan. Setelah itu, bagian kasir akan menyerahkan
barang dan faktur lembar pertama kepada pelanggan. Sementara faktur lembar
kedua diarsip berdasarkan nomor.
2.
Bagian Desain
Bagian
desain menerima faktur lembar kedua dan menanyakan kebutuhan pelanggan serta
ketersediaan desain pada pelanggan. Jika ada, maka bagian desain akan menerima
file desain dari pelanggan. Jika tidak ada, maka bagian desain akan membuatkan
desain yang diinginkan pelanggan. Setelah itu bagian desain akan mendiskusikan
kembali desain yang ada dengan pelanggan serta menanyakan persetujuan desain.
Jika belum setuju, bagian desain akan mendiskusikan lagi dengan pelanggan. Jika
sudah setuju maka pesanan akan masuk ke tahap berikutnya. File desain dan
faktur lembar kedua diserahkan ke bagian produksi.
3.
Bagian Produksi
Setelah
menerima faktur lembar kedua dan desain, bagian produksi akan mencetak desain
secara digital. Setelah dicetak, bagian produksi akan memeriksa kualitas
produk. Jika hasilnya tidak baik, maka pesanan akan dicetak ulang. Jika sudah
baik, bagian produksi akan membuat rekapitulasi beban pokok penjualan. Setelah
itu barang beserta faktur lembar kedua diserahkan kepada bagian kasir, desain
akan diarsip sementara berdasarkan abjad dan rekapitulasi beban pokok penjualan
diserahkan ke bagian keuangan.
4.
Bagian Keuangan
Bagian keuangan menerima uang beserta
faktur lembar ketiga dan pita register kas lembar kedua dari bagian kasir serta
menerima rekapitulasi beban pokok penjualan dari bagian produksi. Kemudian
bagian keuangan akan mencocokan uang dengan faktur dan pita register kas.
Bagian keuangan juga menyetorkan uang yang diterima dari hasil penjualan ke
bank keesokan harinya dan menerima bukti setor bank. Faktur lembar ketiga, pita
register kas, rekapitulasi beban pokok penjualan dan bukti setor yang diterima
dari bank digunakan sebagai dasar untuk melakukan pencatatan. Setelah melakukan
pencatatan, bukti setor bank, faktur lembar ketiga serta pita register kas
lembar kedua akan diarsip tetap berdasarkan nomor. Rekapitulasi beban pokok
penjualan akan diarsip tetap bedasarkan tanggal. Sementara laporan keuangan
yang dibuat diserakan kepada kepala toko.
Setelah adanya
evaluasi dan usulan sistem akuntansi penjualan tunai pada Waroeng Digital,
berikut ini adalah perbedaan sistem akuntansi penjualan tunai sebelum evaluasi
dan setelah diadakannya evaluasi :
Tabel 4.1 Perbedaan
Sistem Akuntansi Penjualan Tunai pada Waroeng Digital Sebelum dan Sesudah
Evaluasi
Sebelum
|
Sesudah
|
Tidak
memakai mesin register kas
|
Bagian kasir memakai mesin register kas
agar dapat meminimalisir penyimpangan
|
Tidak
membuat pita register kas
|
Membuat pita register kas sebagai
dokumen pendukung faktur penjualan tunai
|
Tidak
membuat rekapitulasi beban pokok penjualan
|
Bagian produksi membuat rekapitulasi
beban pokok penjualan setelah produk sudah sesuai dengan pesanan serta
memiliki kualitas yang baik
|
Faktur
lembar kedua hanya digunakan sampai bagian produksi saja
|
Faktur lembar kedua direkatkan pada
barang sampai pesanan diserahkan ke pelanggan agar barang tidak tercampur
satu dengan lainnya
|
KESIMPULAN
Setelah melakukan
pembahasan mengenai prosedur dan penerapan sistem akuntansi penjualan tunai
pada Waroeng Digital, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1.
Sistem akuntansi penjualan tunai pada
Waroeng Digital dilakukan oleh empat bagian yaitu bagian kasir, bagian desain,
bagian produksi dan bagian keuangan. Setiap bagian memiliki tugasnya
masing-masing; bagian kasir bertugas untuk menerima pesanan, menerima kas dari
pelanggan dan memberikan pesanan kepada pelanggan; bagian desain bertugas untuk
mendiskusikan detail pesanan pelanggan; bagian produksi bertugas untuk
memproduksi pesanan dan memeriksa kualitas produk; sementara bagian keuangan
bertugas untuk menyetorkan kas ke bank dan membuat laporan keuangan. Beberapa
kelemahan yang dimiliki sistem akuntansi penjualan tunai pada Waroeng Digital
diantaranya: masih adanya kerangkapan tugas yang dilakukan oleh bagian kasir;
penerimaan kas dilakukan tanpa menggunakan mesin register kas, sehingga
memungkinkan terjadinya penyimpangan yang dilakukan oleh bagian kasir;
dokumen-dokumen yang digunakan masih kurang lengkap; serta pencatatan masih
menggunakan sistem manual.
2.
Sistem akuntansi penjualan tunai yang
diterapkan pada Waroeng Digital belum sepenuhnya sesuai dengan Sistem
Pengendalian Intern (SPI), karena masih adanya kerangkapan tugas dan dokumen
yang digunakan masih kurang lengkap. Tetapi sebagian besar sistem akuntansi
penjualan tunai pada Waroeng Digital sudah sesuai dengan Sistem Pengendalian
Intern, seperti: penerimaan pesanan diotorisasi oleh fungsi penjualan dengan
menggunakan formulir faktur penjualan tunai; penerimaan kas diotorisasi oleh
fungsi penerimaan kas dengan cara membubuhkan cap “lunas” pada faktur penjualan
tunai; penyerahan barang diotorisasi oleh fungsi pengiriman; pencatatan ke
dalam catatan akuntansi didasarkan atas dokumen sumber; pencatatan ke dalam
catatan akuntansi dilakukan oleh karyawan diberi wewenang; faktur penjualan
tunai bernomor urut tercetak dan pemakaiannya dipertanggungjawabkan oleh fungsi
penjualan; jumlah kas yang diterima dari penjualan tunai disetor seluruhnya ke
bank pada hari kerja berikutnya; dan penghitungan saldo kas yang ada di tangan
fungsi kas secara mendadak oleh fungsi pemeriksa intern.
DAFTAR PUSTAKA
A.
Firdaus Dunia. 2013. Pengantar Akuntansi.
Edisi Keempat. Jakarta: Lembaga
Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Abdul
Halim, dkk. 2009. Sistem Pengendalian
Manajemen. Yogyakarta: Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN.
Anastasia
Diana dan Lilis Setiawati. 2011. Sistem
Informasi Akuntansi. Yogyakarta: Andi Offset.
Andi
Iswoyo. 2013. Penerapan Sistem Akuntansi
Penjualan Motor dan Pengaruhnya Terhadap Penerimaan Kas pada CV. Ramayana Putra
Motor Gresik. Jurnal NeO-Bis Volume 7, No. 2, Desember 2015.
Annida
Nurul Islami. 2016. Penerapan Sistem
Akuntansi Penjualan Tunai pada Toko Carvil Cabang Kalibaru. Fakultas
Ekonomi. Universitas Gunadarma.
Anwar
Arifin. 2011. Sistem Komunikasi
Indonesia. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.
Dhiana
Ekowati, dkk. 2011. Analisis Sistem
Akuntansi Penjualan pada Perusahaan CV. Duta Java Tea Industri (Teh 2Tang),
Tegal. STIE Nusa Megarkencana Yogyakarta.
Epi
Indriani. 2013. Akuntansi untuk Pemula
dan Orang Awam. Jakarta: Laskar Aksara.
Fajar
Dwi Setyawan. 2013. Analisis Sistem
Informasi Akuntansi Penjualan dan Penerimaan Kas pada CV. Sakinah Farmindo
Makmur. Jurnal Ilmiah Mahasiswa FEB. Universitas Brawijaya.
Hall,
James A. 2007. Sistem Informasi
Akuntansi. Jakarta: Salemba Empat.
Hendi
Somantri. 2007. Memahami Akuntansi SMK –
Seri A. Bandung: Armico.
_____________.
2011. Akuntansi SMK – Seri B. Bandung:
Armico.
Hery.
2013. Teori Akuntansi Suatu Pengantar. Jakarta:
Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Imawati
Yousida. 2012. Analisis Sistem dan
Prosedur Penerimaan Kas pada PT. Keruwing Marabahan. STIE Pancasetia.
Juliana
Dwi Hikmawati dan Rizal Effendi. 2013. Analisis
Sistem Informasi Akuntansi Penjualan dan Penerimaan Kas pada CV. Lestari
Motorindo. Fakultas Ekonomi. STIE MDP.
Lili M.
Sadeli. 2009. Dasar-dasar Akuntansi.
Jakarta: Bumi Aksara.
M.
Slamet Wibowo. 2008. Sistem Informasi
Akuntansi. Jakarta: Salemba Empat.
Mardi.
2014. Sistem Informasi Akuntansi.
Bogor: Ghalia Indonesia.
Maxi
Ma’roep. 2009. Penerapan Sistem Akuntansi
Penjualan pada PT. Indomobil Surabaya. Universitas Gajayana Malang.
Mulyadi.
2015. Akuntansi Manajemen. Edisi
Ketiga. Jakarta: Salemba Empat.
_______. 2016. Sistem
Akuntansi. Edisi Keempat. Jakarta: Salemba Empat.
Rahimah.
2014. Analisis Sistem Akuntansi Penjualan
Tunai pada Apotik Anniri Farma. Fakultas Ekonomi. Universitas Gunadarma.
Ratna
Budi Priatna, dkk. 2010. Akuntansi
Keuangan 1. Bogor: Ghalia Indonesia.
Rendy
Hilmawan. 2009. Evaluasi Penerapan Sistem
Informasi Akuntansi Penjualan Tunai dan Penerimaan Kas pada Perusahaan
Manufaktur PT. Gracia Kreasi Rotan. Fakultas Ekonomi. Universitas
Gunadarma.
Rizal
Effendi. 2009. Prinsip Akuntansi. Jakarta:
Semesta Media.
Romney,
Marshall B., and Paul John Steinbart. 2015. Accounting
Information System. London: Pearson.
Tiara
Eka Wahyu Pratiwi.2016. Sistem Akuntansi
Penjualan Tunai pada PT. Kusuma Sejati Intiprima. Fakultas Ekonomi.
Universitas Gunadarma.
V.
Wiratna Sujarweni. 2015. Sistem Akuntansi.
Yogyakarta: Pustaka Baru Press.