Struktur dan Fungsi Politik
Sosialisasi Politik
Menurut
Rachman ( 2006) menjelaskan dari pengertian sosialisasi Politik berasal dari
dua kata yaitu Sosialisasi dan Politik. Sosialisasi berarti pemasyarakatan dan
Politik berarti urusan negara. Jadi secara etimologis Sosialisasi Politik
adalah pemasyarakatan urusan negara. Urusan Negara yang dimaksud adalah semua
aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Sedangkan
menurut Michael Rush dan Phillip Althoff yang dikutip dari bukunya
menjelaskan Sosialisasi politik adalah proses oleh pengaruh mana seorang
individu bisa mengenali sistem politik yang kemudian menentukan persepsi serta
reaksinya terhadap gejala-gejala politik. Sosialisasi politik juga sarana bagi
suatu suatu generasi untuk mewariskan keyakinan-keyakinan politiknya kepada
generasi sesudahnya. Sosialisasi politik ini merupakan proses yang berlangsung
lama dan rumit yang dihasilkan dari usaha saling mempengaruhi di antara
kepribadian individu dan pengalaman-pengalaman politiknya yang relevan dan
memberi bentuk terhadap tingkah laku politiknya.
Sosialisasi
politik mempunyai tujuan menumbuh kembangkan serta menguatkan sikap politik
dikalangan masyarakat (penduduk) secara umum (menyeluruh), atau bagian-bagian
dari penduduk, atau melatih rakyat untuk menjalankan peranan-peranan
politik, administrative, judicial tertentu.
Menurut
Hyman dalam buku panduan Rusnaini ( 2008) sosialisasi politik merupakan suatu
proses belajar yang kontinyu yang melibatkan baik belajar secara emosional
(emotional learning) maupun indoktrinasi politik yang manifes dan dimediai oleh
segala partisipasi dan pengalaman si individu yang menjalaninya. Sosialisasi
politik melatih individu dalam memasukkan nilai-nilai politik yang berlaku di
dalam sebuah sistem politik.
2.
Agen-agen Sosialisasi Politik
Menurut
Tischler (1999) yang dikutip dari bukunya yang menjadi agen atau perantara
dalam proses sosialisasi meliputi :
1.
Keluarga
Keluarga
merupakan tempat pertama dan utama bagi seorang anak untuk tumbuh dan
berkembang.keluarga merupakan dasar pembantu utama struktur social yang lebih
luas, dengan pengertian bahwa lembaga lainya tergantung pada eksistensinya.
Bagi keluarga inti (nuclear family) agen sosialisasi meliputi ayah,
ibu, saudara kandung, dan saudara angkat yang belum menikah dan tinggal secara
bersama-sama dalam suatu rumah. Sedangkan pada masyarakat yang menganut sistem
kekerabatan diperluas (extended family), agen sosialisasinya menjadi lebih
luas karena dalam satu rumah dapat saja terdiri atas beberapa keluarga yang meliputi
kakek, nenek, paman, dan bibi di samping anggota keluarga inti. Fungsi keluarga
antara lain:
-
Pengaturan
seksual
-
Reproduksi
-
Sosialisasi
-
Pemeliharaan
-
Penempatan
anak di dalam masyarakat
-
Pemuas
kebutuhan perseorangan
-
Kontrol
sosial
2.
Teman Pergaulan
Teman
pergaulan (sering juga disebut teman bermain) pertama kali didapatkan manusia
ketika ia mampu berpergian ke luar rumah. Pada awalnya, teman bermain
dimaksudkan sebagai kelompok yang bersifat rekreatif, namun dapat pula
memberikan pengaruh dalam proses sosialisasi setelah keluarga. Puncak pengaruh
teman bermain adalah pada masa remaja. Kelompok bermain lebih banyak berperan
dalam membentuk kepribadian seorang individu.
3.
Lembaga pendidikan formal (sekolah)
Lembaga
pendidikan formal seseorang belajar membaca, menulis, dan berhitung. Aspek lain
yang juga dipelajari adalah aturan-aturan mengenai kemandirian (independence),
prestasi (achievement), universalisme, dan kekhasan (specificity). Di
lingkungan rumah seorang anak mengharapkan bantuan dari orang tuanya dalam
melaksanakan berbagai pekerjaan, tetapi di sekolah sebagian besar tugas sekolah
harus dilakukan sendiri dengan penuh rasa tanggung jawab. Sehingga sekolah
dirasa sebagai tempat yang cukup efektif dalam mendidik seorang anak untuk
memupuk rasa tanggung jawab untuk kewajiban dan haknya.
4.
Media massa
Yang
termasuk kelompok media massa di sini adalah media cetak (surat kabar, majalah,
tabloid), media elektronik (radio, televisi, video, film). Besarnya pengaruh
media sangat tergantung pada kualitas dan frekuensi pesan yang disampaikan.
5.
Pemerintah
Pemerintah
merupakan agen sosialisasi politik secondary group. Pemerintah merupakan agen
yang punya kepentingan langsung atas sosialisasi politik. Pemerintah yang
menjalankan sistem politik dan stabilitasnya. Pemerintah biasanya melibatkan
diri dalam politik pendidikan, di mana beberapa mata pelajaran ditujukan untuk
memperkenalkan siswa kepada sistem politik negara, pemimpin, lagu kebangsaan,
dan sejenisnya. Pemerintah juga, secara tidak langsung, melakukan sosialisasi
politik melalui tindakan-tindakannya. Melalui tindakan pemerintah, orientasi
afektif individu bisa terpengaruh dan ini mempengaruhi budaya politiknya.
6.
Partai Politik
Partai
politik adalah agen sosialisasi politik secondary group. Partai politik
biasanya membawakan kepentingan nilai spesifik dari warga negara, seperti
agama, kebudayaan, keadilan, nasionalisme, dan sejenisnya. Melalui partai
politik dan kegiatannya, individu dapat mengetahui kegiatan politik di negara,
pemimpin-pemimpin baru, dan kebijakan-kebijakan yang ada.
7.
Agen-agen lain
Selain
keluarga, sekolah, kelompok bermain dan media massa, sosialisasi juga dilakukan
oleh institusi agama, tetangga, organisasi rekreasional, masyarakat, dan
lingkungan pekerjaan. Semuanya membantu seseorang membentuk pandangannya
sendiri tentang dunianya dan membuat presepsi mengenai tindakan-tindakan yang
pantas dan tidak pantas dilakukan. Dalam beberapa kasus, pengaruh-pengaruh
agen-agen ini sangat besar.
Selain
itu, sosialisasi politik juga ditentukan oleh faktor interaksi
pengalaman-pengalaman seseorang dalam keluarga, tempat tinggal, pendidikan dan
pergaulannya. Karena hal ini yang sangat berperan membentuk karakter anak untuk
dewasa nantinya.
3.
Sosialisasi Politik di berbagai Negara
a.
Di Negara Liberal
Sosialisasi
politik di negara liberal merupakan salah satu sebagai pendidikan politik.
Pendidikan politik adalah proses dialogik diantara pemberi dan penerima pesan.
Melalui proses ini, para anggota masyarakat mengenal dan mempelajari
nilai-nilai, norma-norma, dan simbol-simbol politik negaranya dari berbagai
pihak seperti sekolah, pemerintah, dan partai politik. Pendidikan politik
dipandang sebagai proses dialog antara pendidik, seperti sekolah, pemerintah,
partai politik dan peserta didik dalam rangka pemahaman, penghayatan, dan
pengamalan nilai, norma dan simbol politik yang dianggap ideal dan baik.
b.
Di Negara Totaliter
Sosialisasi
politik di negara totaliter merupakan indoktrinasi politik. Indoktrinasi
politik ialah proses sepihak ketika penguasa memobilisasi dan memanipulasi
warga masyarakat untuk menerima nilai, norma, dan simbol yang dianggap pihak
yang berkuasa sebagai ideal dan baik. Melalui berbagai forum pengarahan yang
penuh paksaaan psikologis, dan latihan penuh disiplin, partai politik dalam
sistem politik totaliter melaksanakan fungsi indoktinasi politik.
c.
Di Negara Berkembang
Menurut
Robert Le Vine dalam handout perkuliahan Rusnaini ( 2008:17) berpendapat bahwa
“sosialisasi politik pada negara berkembang cenderung mempunyai relasi lebih
dekat pada sistem-sistem lokal, kesukuan, etnis, dan regional daripada dengan
sistem-sistem politik nasional”. Ada 3 faktor penting dalm sosialisasi politik
pada masyarakat berkembang, yaitu :
Pertumbuhan
pendidikan di negara-negara berkembang dapat melampui kapasitas mereka untuk
memodernisasi kelompok tradisional lewat industrinalisasi dan pendidikan.
Sering
terdapat perbedaan yang besar dalam pendidikan dan nilai-nilai tradisional
antara jenis kelamin, sehingga kaum wanita lebih erat terikat pada nilai
tradisional.
Mungkin
pengaruh urbanisasi yang selalu dianggap sebgai saru kekuatan perkasa untuk
mengembangkan nilai-nilai tradisional.
d.
Di Masyarakat Primitif
Proses
sosialisasi politik pada masyarakat primitif sangat bergantung pada kebiasaan
dan tradisi masyarakatnya, dan berbeda pada tiap suku. Sosialisasi politik pada
masyarakat primitif sangat tergantung pada kebiasaan dan tradisi masyarakatnya,
dan berbeda pada tiap suku.
a. Imitasi
Peniruan
terhadap tingkah laku individu-individu lain. Imitasi penting dalam sosialisasi
masa kanak-kanak. Pada remaja dan dewasa, imitasi lebih banyakbercampur dengan
kedua mekanisme lainnya, sehingga satu derajat peniruannya terdapat pula pada
instruksi mupun motivasi.
b. Instruksi
Peristiwa
penjelasan diri seseornag dengan sengaja dapat ditempatkan dalam suatu situasi
yang intruktif sifatnya.
c. Motivasi
Sebagaimana
dijelaskan Le Vine merupakan tingkah laku yang tepat yang cocok yang dipelajari
melalui proses coba-coba dan gagal (trial and error).
Jika
imitasi dan instruksi merupakan tipe khusus dari pengalaman, sementara motivasi
lebih banyak diidentifikasikan dengan pengalaman pada umumnya.
Sosialisasi politik yang selanjutnya akan mempengaruhi pembentukan jati diri politik pada seseorang dapat terjadi melalui cara langsung dan tidak langsung. Proses tidak langsung meliputi berbagai bentuk proses sosialisasi yang pada dasarnya tidak bersifat politik tetapi dikemudian hari berpengatuh terhadap pembentukan jati diri atau kepribadian politik. Sosialisasi politik lnagsung menunjuk pada proses-proses pengoperan atau pembnetukan orientasi-orientasi yang di dalam bentuk dan isinya bersifat politik.
Sosialisasi politik yang selanjutnya akan mempengaruhi pembentukan jati diri politik pada seseorang dapat terjadi melalui cara langsung dan tidak langsung. Proses tidak langsung meliputi berbagai bentuk proses sosialisasi yang pada dasarnya tidak bersifat politik tetapi dikemudian hari berpengatuh terhadap pembentukan jati diri atau kepribadian politik. Sosialisasi politik lnagsung menunjuk pada proses-proses pengoperan atau pembnetukan orientasi-orientasi yang di dalam bentuk dan isinya bersifat politik.
Komunikasi Politik
Secara
sederhana, komunikasi politik (political communication) adalah komunikasi yang
melibatkan pesan-pesan politik dan aktor-aktor politik, atau berkaitan dengan
kekuasaan, pemerintahan, dan kebijakan pemerintah. Dengan pengertian ini,
sebagai sebuah ilmu terapan, komunikasi politik bukanlah hal yang baru.
Komunikasi politik juga bisa dipahami sebagai komunikasi antara ”yang
memerintah” dan ”yang diperintah”.
Mengkomunikasikan
politik tanpa aksi politik yang kongkret sebenarnya telah dilakukan oleh siapa
saja: mahasiswa, dosen, tukang ojek, penjaga warung, dan seterusnya. Tak heran
jika ada yang menjuluki Komunikasi Politik sebagai neologisme, yakni ilmu yang
sebenarnya tak lebih dari istilah belaka.
Dalam
praktiknya, komuniaksi politik sangat kental dalam kehidupan sehari-hari.
Sebab, dalam aktivitas sehari-hari, tidak satu pun manusia tidak berkomunikasi,
dan kadang-kadang sudah terjebak dalam analisis dan kajian komunikasi politik.
Berbagai penilaian dan analisis orang awam berkomentar sosal kenaikan BBM, ini
merupakan contoh kekentalan komunikasi politik. Sebab, sikap pemerintah untuk
menaikkan BBM sudah melalui proses komunikasi politik dengan mendapat persetujuan
DPR
·
Gabriel Almond (1960): komunikasi politik adalah salah satu fungsi yang selalu
ada dalam setiap sistem politik. “All of the functions performed in the
political system, political socialization and recruitment, interest
articulation, interest aggregation, rule making, rule application, and rule
adjudication,are performed by means of communication.”
Komunikasi
politik merupakan proses penyampaian pesan-pesan yang terjadi pada saat keenam
fungsi lainnya itu dijalankan. Hal ini berarti bahwa fungsi komunikasi politik
terdapat secara inherent di dalam setiap fungsi sistem politik.
·
Process by which a nation’s leadership, media, and citizenry exchange and
confer meaning upon messages that relate to the conduct of public policy.
(Perloff).
·
Communication (activity) considered political by virtue of its consequences
(actual or potential) which regulate human conduct under the condition of
conflict (Dan Nimmo). Kegiatan komunikasi yang dianggap komunikasi politik
berdasarkan konsekuensinya (aktual maupun potensial) yang mengatur perbuatan
manusia dalam kondisi konflik. Cakupan: komunikator (politisi, profesional,
aktivis), pesan, persuasi, media, khalayak, dan akibat.
·
Communicatory activity considered political by virtue of its consequences,
actual, and potential, that it has for the funcioning of political systems
(Fagen, 1966).
· Political communication refers to any exchange of symbols or messages that to a significant extent have been shaped by or have consequences for the political system (Meadow, 1980).
· Komunikasi politik merupakan salah satu fungsi partai politik, yakni menyalurkan aneka ragam pendapat dan aspirasi masyarakat dan mengaturnya sedemikian rupa –“penggabungan kepentingan” (interest aggregation” dan “perumusan kepentingan” (interest articulation) untuk diperjuangkan menjadi public policy. (Miriam Budiardjo).
· Political communication refers to any exchange of symbols or messages that to a significant extent have been shaped by or have consequences for the political system (Meadow, 1980).
· Komunikasi politik merupakan salah satu fungsi partai politik, yakni menyalurkan aneka ragam pendapat dan aspirasi masyarakat dan mengaturnya sedemikian rupa –“penggabungan kepentingan” (interest aggregation” dan “perumusan kepentingan” (interest articulation) untuk diperjuangkan menjadi public policy. (Miriam Budiardjo).
·
Jack Plano dkk. Kamus Analisa Politik: penyebaran aksi, makna, atau pesan yang
bersangkutan dengan fungsi suatu sistem politik, melibatkan unsur-unsur
komunikasi seperti komunikator, pesan, dan lainnya. Kebanyakan komunikasi
politik merupakan lapangan wewenang lembaga-lembaga khusus, seperti media
massa, badan informasi pemerintah, atau parpol. Namun demikian, komunikasi
politik dapat ditemukan dalam setiap lingkungan sosial, mulai dari lingkup dua
orang hingga ruang kantor parlemen.
·
Wikipedia: Political communication is a field of communications that is
concerned with politics. Communication often influences political decisions and
vice versa.
The field of political communication concern 2 main areas:
1. Election campaigns – Political communications deals with campaigning for elections.
2. Political communications is one of the Government operations. This role is usually fullfiled by the Ministry of Communications and or Information Technology.
The field of political communication concern 2 main areas:
1. Election campaigns – Political communications deals with campaigning for elections.
2. Political communications is one of the Government operations. This role is usually fullfiled by the Ministry of Communications and or Information Technology.
·
Mochtar Pabotinggi (1993): dalam praktek proses komunikasi politik sering
mengalami empat distorsi.
1. Distorsi bahasa sebagai “topeng”; ada euphemism (penghalusan kata); bahasa yang menampilkan sesuatu lain dari yang dimaksudkan atau berbeda dengan situasi sebenarnya, bisa disebut seperti diungkakan Ben Anderson (1966), “bahasa topeng”.
2. Distorsi bahasa sebagai “proyek lupa”; lupa sebagai sesuatu yang dimanipulasikan; lupa dapat diciptakan dan direncanakan bukan hanya atas satu orang, melainkan atas puluhan bahkan ratusan juta orang.”
3. Distorsi bahasa sebagai “representasi”; terjadi bila kita melukiskan sesuatu tidak sebagaimana mestinya. Contoh: gambaran buruk kaum Muslimin dan orang Arab oleh media Barat.
4. Distorsi bahasa sebagai “ideologi”. Ada dua perspektif yang cenderung menyebarkan distoris ideologi. Pertama, perspektif yang mengidentikkan kegiatan politik sebagai hak istimewa sekelompok orang –monopoli politik kelompok tertentu. Kedua, perspektif yang semata-mata menekankan tujuan tertinggi suatu sistem politik. Mereka yang menganut perspektif ini hanya menitikberatkan pada tujuan tertinggi sebuah sistem politik tanpa mempersoalkan apa yang sesungguhnya dikehendaki rakyat.
Referensi:
Dan Nimmo. Komunikasi Politik. Rosda, Bandung, 1982; Gabriel Almond The Politics of the Development Areas, 1960; Gabriel Almond and G Bingham Powell, Comparative Politics: A Developmental Approach. New Delhi, Oxford & IBH Publishing Company, 1976; Mochtar Pabottinggi, “Komunikasi Politik dan Transformasi Ilmu Politik” dalam Indonesia dan Komunikasi Politik, Maswadi Rauf dan Mappa Nasrun (eds). Jakarta, Gramedia, 1993; Jack Plano dkk., Kamus Analisa Politik, Rajawali Jakarta 1989.*
Dan Nimmo. Komunikasi Politik. Rosda, Bandung, 1982; Gabriel Almond The Politics of the Development Areas, 1960; Gabriel Almond and G Bingham Powell, Comparative Politics: A Developmental Approach. New Delhi, Oxford & IBH Publishing Company, 1976; Mochtar Pabottinggi, “Komunikasi Politik dan Transformasi Ilmu Politik” dalam Indonesia dan Komunikasi Politik, Maswadi Rauf dan Mappa Nasrun (eds). Jakarta, Gramedia, 1993; Jack Plano dkk., Kamus Analisa Politik, Rajawali Jakarta 1989.*
Tugas sospol
Struktur dan fungsi politik
Kelompok 7:
Nama kelompok :
-
Adia suteja
-
Alvin Romdhoni Zulfikar
-
Handika Oki Prasetyadi
-
Renaldy Al Imran
-
Vito Adriyanto
FILE ASLI
No comments:
Post a Comment